Surabaya, InformasiTerkininews.id – 03 September 2025
Gelombang kerusuhan yang mengguncang Jawa Timur akhir pekan lalu akhirnya menyisakan catatan kelam. Kepolisian Daerah Jawa Timur mencatat hampir 600 orang diamankan dari berbagai kota dan kabupaten, menyusul aksi demonstrasi yang berujung ricuh.
Data resmi yang dirilis Polda Jatim menyebutkan, total kerugian material akibat kerusakan fasilitas umum, kantor pemerintahan, hingga pusat-pusat ekonomi mencapai Rp125 miliar (tepatnya Rp124,25 miliar). Angka ini dipastikan masih bisa bertambah seiring pendataan lanjutan yang dilakukan tim gabungan.
Namun, yang jauh lebih berat dan tak mudah dihitung adalah kerugian immaterial. Hilangnya rasa aman, lumpuhnya aktivitas perdagangan, hingga trauma sosial yang ditinggalkan kerusuhan, ditaksir nilainya bisa mencapai triliunan rupiah.
“Kerugian material memang bisa dihitung melalui kerusakan fisik, tapi kerugian immaterial seperti dampak psikologis masyarakat, terganggunya investasi, dan menurunnya produktivitas ekonomi sulit untuk dikalkulasikan. Dampaknya bisa jauh lebih besar,” ujar seorang pengamat ekonomi Universitas Airlangga saat dimintai keterangan.
Selain itu, Polda Jatim juga menegaskan proses hukum akan berjalan tegas terhadap para pelaku. “Kami tidak akan memberi ruang bagi provokator dan perusuh yang merusak tatanan sosial,” tegas salah satu pejabat kepolisian.
Kerusuhan yang terjadi bukan hanya menimbulkan kerugian ekonomi, tetapi juga memukul citra Jawa Timur sebagai daerah penopang ekonomi nasional. Investor disebut mulai menahan diri, sementara pelaku UMKM hingga pedagang pasar mengeluhkan turunnya omzet pasca kerusuhan.
Di beberapa titik, warga juga mengaku masih takut beraktivitas normal. Trauma anak-anak sekolah, ibu rumah tangga, hingga pekerja harian menambah daftar panjang kerugian immaterial yang sulit ditebus dengan nominal uang.
Meski situasi kini mulai kondusif dengan penjagaan ketat aparat, publik menuntut adanya evaluasi serius atas penanganan aksi massa. Transparansi dalam mengungkap aktor intelektual di balik kerusuhan juga dinilai krusial agar peristiwa serupa tidak kembali terulang.
Peristiwa ini menjadi pengingat pahit: kerusuhan tak hanya meninggalkan puing bangunan, tapi juga menyisakan luka sosial yang membutuhkan waktu panjang untuk dipulihkan.
(Ifa)