Jakarta, 18 Agustus 2025, InformasiTerkininews.id – Hidup bermasyarakat tak pernah sepi dari gesekan. Seringkali, perbedaan pendapat menjadi pemicu cekcok yang menguras emosi. Ada yang merasa paling benar, ada pula yang merasa lebih pintar. Ada yang berusaha melindungi, namun justru dianggap menciptakan hutang budi. Bahkan niat baik untuk ishlah agar kelak hisab menjadi lebih ringan, terkadang disalahpahami sebagai keluhan yang tak berkesudahan.
Fenomena ini bukan hal baru. Dalam setiap interaksi sosial, selalu ada potensi salah tafsir. Nasihat yang disampaikan dengan santun bisa saja dianggap menyakitkan. Analogi yang sederhana kerap dipandang rumit. Sindiran selembut apapun bisa tetap terasa menyinggung bagi mereka yang hatinya sedang tertutup.
Lantas, apa yang bisa dilakukan ketika semua cara tak lagi mempan?
Sebagian ulama mengajarkan, ketika nasihat tak lagi didengar, maka doakanlah dari kejauhan. Bukan doa keburukan, melainkan doa agar hati seseorang dilembutkan dan tetap berada di jalan kebaikan. Sebab, kewajiban manusia hanyalah mengingatkan. Selebihnya, hidayah adalah hak prerogatif Allah SWT.
Ayat Al-Qur’an pun telah menyinggung hal ini. Allah berfirman dalam QS Al-Baqarah ayat 216:
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu."
Ayat ini mengingatkan kita bahwa tidak semua yang terasa pahit itu buruk. Ada hikmah tersembunyi di balik setiap peristiwa, termasuk cekcok dan kesalahpahaman. Justru di situlah ruang introspeksi terbuka lebar, mengajarkan kita tentang kesabaran, kerendahan hati, serta pentingnya menjaga lisan.
Cekcok bukan akhir segalanya. Ia hanyalah bagian dari dinamika kehidupan yang, bila disikapi dengan bijak, justru memperkaya batin. Dari sana kita belajar: jika tidak mampu mengambil hati seseorang, setidaknya ambil hikmahnya.
Akhirnya, pesan sederhana namun kuat ini pantas direnungkan: jangan biarkan amarah menguasai, jangan pula berlarut dalam sakit hati. Karena pada akhirnya, setiap kejadian adalah pelajaran yang membawa kita semakin dewasa menghadapi kehidupan.
Semoga bermanfaat.
Pewarta:
R. PRIHATANTO, S.Si
Editor: Ifa