Ticker

6/recent/ticker-posts

"Mahalnya Harga Seorang Wanita: Bukan pada Perhiasan, Tapi pada Kehormatan"


Jakarta, 13 Agustus 2025, InformasiTerkininews.id — Di tengah derasnya arus digitalisasi dan budaya pamer di media sosial, konsep kemuliaan dan harga diri seorang wanita kembali menjadi sorotan. Banyak yang mengukur “mahalnya” seorang perempuan dari sisi material—perhiasan, busana bermerek, hingga gaya hidup glamor. Namun, pandangan ini dimentahkan oleh nilai-nilai luhur Islam yang menegaskan bahwa harga diri wanita sesungguhnya terletak pada kemampuannya menjaga kehormatan dan rasa malunya.

Menurut pandangan yang berkembang di kalangan ulama dan tokoh masyarakat, seorang wanita dikatakan “mahal” bukan karena banyaknya harta atau popularitas yang ia miliki, melainkan karena keteguhannya menjaga diri dari sentuhan lelaki yang bukan mahram, kesadarannya menutup aurat, serta ketegasan hati untuk tidak memberikan cinta kepada lelaki sebelum ia sah menjadi suami.

Fenomena yang mengkhawatirkan saat ini adalah semakin banyak foto wanita muslimah yang beredar bebas di dunia maya, tanpa disadari menjadi “pajangan” bagi para ajnabi (laki-laki non-mahram) untuk dinikmati secara visual. Padahal, ulama telah memperingatkan bahwa secantik apapun seorang wanita, jika ia tidak menjaga dirinya, justru kecantikannya dapat menjadi sumber fitnah yang merugikan dirinya sendiri.

“Kita ingin para muslimah sadar, keindahan itu akan semakin berharga jika dirawat dan dijaga, bukan dipamerkan sembarangan,” ungkap salah satu aktivis dakwah perempuan di Jakarta.

Pesan moral ini mengingatkan kaum hawa untuk tidak menjadi “bunga di taman” yang meski indah, bisa dinikmati siapa saja, bahkan dipetik oleh tangan-tangan yang tak bertanggung jawab. Sebaliknya, jadilah “mutiara di dasar lautan” yang hanya dapat diambil oleh orang-orang terpilih, tangguh, dan memiliki kualitas diri yang mumpuni.

Keindahan sejati wanita terletak pada kerahasiaannya—pada kemampuannya menjaga kehormatan bak permata langka. Rasa malu, menurut ajaran Rasulullah ﷺ, adalah mahkota kemuliaan bagi perempuan. Inilah nilai yang tidak bisa dibeli dengan uang, namun hanya bisa diraih dengan kesadaran, ketaatan, dan kekuatan iman.

Di tengah dunia yang semakin terbuka, pesan ini menjadi relevan: harga seorang wanita tidak diukur dari seberapa banyak mata yang memandangnya, tapi dari seberapa kuat ia menjaga agar pandangan-pandangan itu tak sembarangan singgah.

Pewarta
R.PRIHATANTO, SSI
Editor ifa