Bekasi, InformasiTerkininews.id — 14 Agustus 2025
Puluhan tahun sudah Indonesia membangun infrastruktur tulang punggung (backbone) telekomunikasi nasional. Kabel serat optik, jaringan transmisi darat maupun laut, serta menara BTS berdiri di berbagai penjuru negeri. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa kapasitas dan jangkauan jaringan IT Nasional masih belum sepenuhnya merata.
Kesenjangan digital masih terasa nyata, terutama di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Ribuan desa terpencil, kawasan kepulauan kecil, serta daerah perbatasan hingga kini masih mengalami keterbatasan akses internet yang stabil. Padahal, di era transformasi digital saat ini, akses internet bukan lagi sekadar fasilitas tambahan, melainkan kebutuhan fundamental bagi pendidikan, kesehatan, layanan publik, hingga pertumbuhan ekonomi.
Menko Polkam Tekankan Urgensi Satelit LEO
Dalam keterangan terbaru, Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polkam) menegaskan bahwa Indonesia membutuhkan strategi percepatan. Salah satunya dengan menggelar teknologi Satelit Low Earth Orbit (LEO) sebagai penguat infrastruktur digital nasional.
“Wilayah 3T membutuhkan sistem yang berkapasitas besar, handal, dan mampu menembus keterbatasan geografis. Satelit LEO menjadi solusi strategis untuk mengatasi hambatan tersebut,” tegas pejabat Menko Polkam dalam konferensi di Bekasi, Rabu (14/8/2025).
Apa Itu Satelit LEO?
Berbeda dengan satelit konvensional (GEO) yang berada di orbit geostasioner 36.000 km dari bumi, satelit LEO beroperasi di ketinggian hanya sekitar 500–2.000 km. Posisi yang lebih dekat ini memungkinkan koneksi internet lebih cepat, latensi rendah, dan kapasitas lebih besar.
Teknologi ini bahkan telah diadopsi oleh sejumlah raksasa global seperti Starlink, OneWeb, dan proyek-proyek satelit nasional di berbagai negara.
Bagi Indonesia, pemanfaatan satelit LEO dianggap bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak. Dengan 17 ribu pulau dan bentang geografis yang luas, membangun kabel serat optik ke seluruh wilayah adalah pekerjaan hampir mustahil jika tanpa dukungan teknologi satelit orbit rendah.
Strategi Nasional Infrastruktur Digital
Rencana penguatan infrastruktur digital berbasis LEO dipandang sebagai bagian dari strategi besar pembangunan kedaulatan digital Indonesia. Pemerintah ingin memastikan tidak ada lagi kesenjangan akses internet di wilayah 3T, sehingga transformasi digital bisa berjalan inklusif.
Ekonomi digital Indonesia, yang pada 2030 diproyeksikan mencapai nilai Rp4.500 triliun, hanya akan tercapai bila akses internet dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Pendidikan berbasis daring, layanan kesehatan telemedicine, hingga sistem keamanan negara akan sangat bergantung pada jaringan digital yang solid.
“Ini bukan hanya soal internet cepat. Ini adalah soal pertahanan, ekonomi, dan kedaulatan bangsa. Satelit LEO akan menjadi game changer dalam peta infrastruktur digital nasional,” tegas Menko Polkam.
Penutup
Dengan semakin jelasnya arah kebijakan ini, publik kini menantikan langkah konkret pemerintah dalam merealisasikan peluncuran dan integrasi satelit LEO ke dalam sistem telekomunikasi nasional. Jika terlaksana, Indonesia berpotensi melompati keterbatasan geografis yang selama ini menjadi hambatan utama.
Teknologi satelit LEO bisa jadi jawaban untuk mengakhiri ketimpangan digital, sekaligus meneguhkan Indonesia sebagai negara kepulauan dengan kedaulatan digital yang berdaulat di era global.
🖊️ Redaksi InformasiTerkininews.id
Pewarta:
R. PRIHATANTO, S.Si
Editor: Ifa