Ticker

6/recent/ticker-posts

Doa dan Seruan Moral untuk Pemimpin Bangsa: Meneguhkan Nilai Kemanusiaan dan Persatuan Umat

InformasiTerkininews.id – Pewarta: R. Prihatanto, S.Si | Editor: Ifa

Jakarta, 30 Agustus 2025 – Di tengah dinamika bangsa yang penuh ujian, seruan doa dan nasihat moral kembali menggema dari kalangan umat Islam. Sebuah doa penuh makna disampaikan agar para pemimpin bangsa senantiasa diberi taufik oleh Allah SWT untuk menunaikan tugas dengan amanah, adil, dan berpihak kepada kepentingan umat serta negeri.


Doa itu berbunyi:

"Ya Allah, jadikanlah pemimpin kami orang yang baik. Berikanlah taufik kepada mereka untuk melaksanakan perkara terbaik bagi diri mereka, bagi Islam, dan kaum muslimin. Ya Allah, bantulah mereka untuk menunaikan tugasnya, sebagaimana yang Engkau perintahkan, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, jauhkanlah mereka dari teman dekat yang jelek dan teman yang merusak. Juga dekatkanlah orang-orang yang baik dan pemberi nasihat yang baik kepada mereka, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, jadikanlah pemimpin kaum muslimin sebagai orang yang baik, di mana pun mereka berada. Ya Allah, selamatkanlah negeri kami dari keburukan. Jangan Kau angkat nikmat aman ini dari negeri kami."

Seruan spiritual tersebut tidak hanya bernilai religius, tetapi juga sarat pesan kebangsaan. Dalam doa itu tersirat harapan agar pemimpin negeri mampu menjaga stabilitas, mendengar suara rakyat, serta menghindari jebakan kekuasaan yang dapat menjerumuskan pada kezaliman.

Lebih jauh, doa ini mengingatkan pentingnya lingkungan yang baik di sekitar pemimpin. Sebab, sejarah mencatat, runtuhnya banyak peradaban dan rezim seringkali berawal dari lingkaran terdekat yang salah memberi nasihat, menjerumuskan pada kepentingan sempit, dan mengabaikan kepentingan umat.


Hadis Rasulullah sebagai Pengingat Kemanusiaan

Doa tersebut juga dipertegas dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
"Hancurnya dunia lebih ringan di sisi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang muslim."
(Shahîh. HR an-Nasâ’î, VII/82).

Hadis ini menegaskan betapa mulianya nyawa seorang muslim di sisi Allah SWT. Tidak ada satu kepentingan politik, ekonomi, ataupun kekuasaan yang sebanding dengan hilangnya satu jiwa manusia secara zalim. Dalam konteks kebangsaan, pesan ini menjadi penegas bahwa negara berkewajiban menjamin keamanan rakyat, melindungi segenap tumpah darah, dan mencegah kekerasan yang merenggut nyawa warganya.


Momentum Muhasabah Bangsa

Dalam situasi nasional yang diwarnai gelombang unjuk rasa, dinamika sosial politik, serta tragedi kemanusiaan yang memicu keprihatinan, doa tersebut seakan menjadi momentum muhasabah (introspeksi) bagi semua pihak. Para pemimpin dituntut hadir sebagai penegak keadilan dan pelindung rakyat, bukan sekadar simbol kekuasaan.

Pengamat sosial menilai, doa semacam ini bukan hanya bagian dari ritual religius, melainkan seruan moral yang relevan untuk menjaga arah perjalanan bangsa. Dalam bingkai kebersamaan, doa umat dapat menjadi penopang moralitas negara agar tidak kehilangan arah di tengah pusaran kepentingan global maupun domestik.


Harapan untuk Negeri

Doa yang disampaikan itu ditutup dengan permohonan khusus: agar nikmat aman tidak dicabut dari negeri Indonesia. Pesan ini penting, mengingat keamanan adalah fondasi utama pembangunan bangsa. Tanpa rasa aman, sulit membayangkan terwujudnya keadilan sosial, kesejahteraan, dan persatuan nasional.

Dengan demikian, doa dan pesan moral ini bukan sekadar rangkaian kata spiritual, tetapi juga wujud keprihatinan sekaligus optimisme umat. Umat menaruh harapan besar agar para pemimpin bangsa senantiasa berjalan di atas rel kebenaran, menjauhkan diri dari segala bentuk kezaliman, serta mengutamakan kepentingan rakyat di atas segalanya