Ticker

6/recent/ticker-posts

Muhasabah Diri: Menjadi Orang Baik di Tengah Dunia yang Tak Selalu Menghargai Kebaikan

SURABAYA — Informasi Terkininews id | Kamis, 23 Oktober 2025 | Pewarta: R.PRIHATANTO S.Si, Editor: Ifa   

Di tengah derasnya arus perubahan zaman, ketika kebaikan seringkali diabaikan dan kejujuran dianggap langkah yang sia-sia, masih ada satu hal yang tak lekang oleh waktu — menjadi orang baik. Meski dunia kadang tak ramah pada kebaikan, orang baik tidak pernah berhenti berbuat baik.

Sebab bagi mereka, tujuan dari kebaikan bukanlah pujian manusia, melainkan keridaan Allah SWT. Orang baik sadar bahwa setiap amal yang ia lakukan akan mendapat balasan, bukan dari manusia yang mudah lupa, tapi dari Tuhan yang Maha Mengetahui setiap niat.

Orang baik selalu peduli terhadap sesamanya, meskipun kepeduliannya sering disalahartikan. Ia membantu bukan untuk diakui, tapi karena hatinya terpanggil untuk menolong. Ia lebih memilih menjadi cahaya kecil di tengah gelapnya dunia, daripada ikut larut dalam kegelapan yang sama.

Bagi orang baik, memberi bukan berarti memiliki lebih, tapi karena memahami bahwa menolong sesama adalah bentuk syukur kepada Sang Pemberi Rezeki. Ia lebih mengedepankan kepentingan orang lain dibandingkan dirinya sendiri, karena yakin, melalui membantu orang lain, Allah akan melipatgandakan pahala dan menghapus dosa-dosanya.

Namun, menjadi orang baik tidak selalu mudah. Kadang kebaikan dibalas dengan cemooh, keikhlasan dicurigai, dan kejujuran disalahpahami. Tapi orang baik tetap memilih diam, bukan karena lemah, melainkan karena tahu bahwa diamnya lebih bermartabat daripada membalas keburukan dengan keburukan.

Orang baik tetap teguh pada pendiriannya. Ia berbuat baik bukan karena ingin dipuji, tetapi karena ia sadar bahwa Allah menilai dari niat, bukan dari pandangan manusia. Ia tahu bahwa setiap kebaikan yang dilakukan, sekecil apapun, akan dicatat sebagai pahala yang kelak menggugurkan dosa dan menjadi sebab ampunan.

Kehadiran orang baik selalu membawa kesejukan. Ia menenangkan ketika hadir, dirindukan ketika pergi, dan membahagiakan saat kembali. Sosoknya tidak mencari sorotan, tetapi justru menjadi cahaya bagi banyak orang tanpa disadari.

Dalam hidupnya, orang baik senantiasa berpegang teguh pada ajaran Allah dan Rasul-Nya. Ia menebar akhlak mulia, memberi manfaat bagi sesama, dan menanamkan kasih sayang kepada setiap makhluk Allah di alam semesta.

Maka dari itu, mari kita jadikan muhasabah ini sebagai pengingat. Jadilah orang baik, walau tidak semua orang akan menganggapmu baik. Sebab yang paling penting bukan bagaimana manusia menilaimu, tapi bagaimana Allah menilaimu.


Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:

“Maka Allah memberi mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.”

(QS. Ali ‘Imran: 148)

Di tengah hiruk-pikuk dunia yang penuh penilaian, semoga kita tetap mampu menjadi bagian dari mereka yang berbuat baik tanpa pamrih — karena orang baik akan selalu mulia, meski tak selalu dimengerti dunia.